• Perjalanan Sukses Cendra Perkasa di Dunia Penerbangan dan…
  • Menggali Peran Mentorship dalam Kesuksesan Karier Monica Ardhea…
  • 5 Tokoh Ilmu Pengetahuan yang Mengubah Dunia
  • 5 Tokoh Diktator Kejam di Dunia

“Temukan tokoh inspiratif dan profil mereka di tokoh.co.id. Dapatkan informasi lengkap dari berbagai latar belakang sejarahwan hingga wirausahawan. Jelajahi sekarang!”

Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini Media Informasi Tentang Tokoh Masyarakat Inspiratif
  • Home
  • Tokoh
  • History & Culture
  • News
☰
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
HAPPY LIFE

Desmond Tutu: Simbol Perdamaian dan Keadilan di Afrika Selatan

Desmond Tutu, seorang tokoh kunci dalam perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan, terkenal karena advokasinya terhadap perdamaian, kesetaraan, dan rekonsiliasi. Sebagai seorang uskup dan aktivis hak asasi manusia, Tutu telah menjadi suara moral yang berpengaruh, mendorong perubahan dan inspirasi di seluruh dunia.
Redaksi Tokoh - 100 Terkenal - January 4, 2024
Desmond Tutu WEF_tokoh.co.id
Redaksi Tokoh
386 views 20 mins 0 Comments

Tokoh.co.id – Desmond Tutu, tokoh anti-apartheid dan aktivis hak asasi manusia yang terkenal, merupakan salah satu simbol paling berpengaruh dari perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan di Afrika Selatan. Lahir pada 7 Oktober 1931, di Klerksdorp, Transvaal, Afrika Selatan, Desmond Tutu tumbuh di bawah sistem apartheid yang brutal dan diskriminatif. Dengan latar belakangnya sebagai pendeta Anglikan, ia menggunakan platformnya untuk menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan sosial. Kepemimpinannya yang penuh kasih dan pendekatan rekonsiliasi telah membuatnya dihormati tidak hanya di Afrika Selatan tetapi juga di seluruh dunia. Sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Desmond Tutu dikenal karena pesan-pesannya tentang perdamaian, cinta, dan persaudaraan umat manusia, menentang segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Kehidupannya, yang didedikasikan untuk perjuangan melawan ketidakadilan dan promosi perdamaian, menjadikannya salah satu figur yang paling dihormati dan berpengaruh dalam sejarah modern.

Sekilas Tentang Desmond Tutu

Desmond Tutu los angeles_tokoh.co.idDesmond Tutu, seorang tokoh yang tidak hanya dikenal di Afrika Selatan tetapi juga di seluruh dunia, memainkan peran kunci dalam gerakan anti-apartheid. Tutu, yang terpilih sebagai Uskup Anglikan Johannesburg pada tahun 1985 dan kemudian sebagai Uskup Agung Cape Town, menjadi tokoh rohani dan moral penting dalam perjuangan melawan sistem apartheid yang menindas. Kepemimpinannya mencerminkan kombinasi unik dari spiritualitas yang mendalam dan komitmen terhadap keadilan sosial, membuatnya menjadi suara yang kuat untuk perubahan dan rekonsiliasi.

Tutu dikenal karena pendekatannya yang berbasis pada non-kekerasan dan rekonsiliasi. Dia menganjurkan dialog dan pengertian antara kelompok-kelompok yang bertentangan di Afrika Selatan, menekankan pentingnya pengampunan dan rekonsiliasi dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Pendekatan ini tidak hanya penting dalam membongkar sistem apartheid, tetapi juga dalam proses rekonsiliasi nasional yang mengikutinya.

Selain perannya dalam perjuangan anti-apartheid, Desmond Tutu juga menjadi suara yang berpengaruh dalam kampanye global terhadap ketidakadilan, termasuk perjuangan melawan HIV/AIDS, kemiskinan, dan ketidaksetaraan. Dia juga dikenal karena kritiknya terhadap kebijakan luar negeri negara-negara Barat, terutama terhadap kebijakan yang dia anggap mendukung penindasan dan ketidakadilan.

Komitmen Desmond Tutu terhadap perdamaian, keadilan, dan hak asasi manusia telah membuatnya menerima berbagai penghargaan dan penghormatan, termasuk Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1984. Kehidupannya yang dicurahkan untuk melayani orang lain dan perjuangan untuk kesetaraan menjadikannya salah satu tokoh paling terhormat di abad ke-20 dan ke-21.

Kehidupan Awal dan Keluarga Desmond Tutu

Desmond Mpilo Tutu lahir pada 7 Oktober 1931 di Klerksdorp, Transvaal, Afrika Selatan, dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya, Zachariah, adalah seorang guru sekolah, dan ibunya, Aletta, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka mengajarkan Tutu nilai-nilai seperti kerja keras, kejujuran, dan kepentingan pendidikan, yang membentuk dasar dari filosofinya nanti.

Masa kecil Desmond Tutu ditandai oleh kehidupan di Afrika Selatan yang saat itu masih terbelenggu oleh apartheid, sebuah sistem yang secara institusional memisahkan ras dan mendiskriminasi mayoritas kulit hitam di negara itu. Pengalaman hidup di bawah sistem yang menindas ini sangat mempengaruhi pandangannya tentang dunia dan keadilan sosial.

Dalam pendidikannya, Desmond Tutu awalnya bercita-cita menjadi dokter, tetapi keterbatasan keuangan keluarganya membuatnya beralih ke bidang pendidikan. Ia memperoleh beasiswa untuk belajar di Pretoria Bantu Normal College, di mana ia memperoleh kualifikasi untuk mengajar. Tutu kemudian mengajar di sekolah dasar Johannesburg sebelum melanjutkan studinya di University of South Africa, di mana ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang literatur dan pendidikan.

Pada tahun 1955, Desmond Tutu menikahi Nomalizo Leah Shenxane, seorang guru yang ia temui saat mengajar di sekolah dasar. Mereka memiliki empat anak bersama, dan keluarga mereka menjadi sumber dukungan yang kuat sepanjang kariernya. Kehidupan keluarga Tutu ditandai oleh cinta, kehangatan, dan komitmen bersama untuk keadilan sosial.

Panggilan Desmond Tutu     ke pelayanan agama datang pada awal 1960-an, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan karir mengajar dan menjadi pendeta di Gereja Anglikan. Setelah menyelesaikan studi teologi di St. Peter’s Theological College di Rosettenville, Johannesburg, ia diangkat menjadi pendeta pada 1961. Tutu kemudian melanjutkan studinya di King’s College London, di mana ia memperoleh gelar master dalam bidang teologi.

Kehidupan awal dan keluarga Desmond Tutu memberikan wawasan penting tentang karakter dan motivasinya. Masa kecilnya yang tumbuh dalam ketidakadilan apartheid, pendidikan dan karir awal sebagai guru, serta kehidupan keluarganya yang penuh kasih, semuanya membentuk dia menjadi tokoh yang gigih dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kesetaraan.

Masa Kecil dan Pendidikan Desmond Tutu

Desmond Tutu menghabiskan masa kecilnya di lingkungan yang ditandai oleh diskriminasi rasial apartheid di Afrika Selatan. Walaupun menghadapi keterbatasan akibat sistem apartheid, Tutu menunjukkan ketekunan dan komitmen yang kuat terhadap pendidikannya. Dari awal, ia dikenal memiliki kecerdasan yang tajam dan minat yang besar dalam belajar, nilai-nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya.

Tutu menghadiri sekolah-sekolah yang dikontrol oleh Gereja Metodis, di mana ia mendapatkan pendidikan dasar yang solid. Di sana, ia terpapar pada ajaran Kristen yang menekankan kasih dan pelayanan terhadap sesama, nilai-nilai yang akan membentuk pandangannya di masa depan. Meskipun sistem pendidikan apartheid dirancang untuk mengekang aspirasi kaum kulit hitam, Tutu menunjukkan kemampuan akademik yang menonjol, menunjukkan potensi kepemimpinan dan komitmen sosial sejak usia muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah, Tutu ingin menjadi dokter, tetapi karena keterbatasan finansial, ia memilih untuk mengambil beasiswa pendidikan dan menjadi guru. Ia lulus dari Pretoria Bantu Normal College, sebuah institusi pendidikan untuk orang-orang kulit hitam, dan kemudian memperoleh gelar sarjana dari University of South Africa. Pengalaman sebagai guru memberinya wawasan tentang tantangan pendidikan di bawah apartheid dan memperkuat keinginannya untuk berkontribusi pada perubahan sosial.

Keputusan Tutu untuk meninggalkan profesi mengajar dan mengejar panggilan kehidupan rohani merupakan titik balik penting dalam hidupnya. Ia memperoleh gelar dalam teologi dari St. Peter’s Theological College dan kemudian ditahbiskan sebagai pendeta di Gereja Anglikan. Pendidikan teologisnya diperluas dengan studi di King’s College London, di mana ia memperoleh gelar master dalam bidang teologi.

Periode ini dalam hidup Tutu penting dalam membentuk pandangannya tentang teologi dan peran agama dalam masyarakat. Studinya di London, khususnya, memberinya perspektif global dan memperluas pemahamannya tentang peran gereja dalam memperjuangkan keadilan sosial. Pengalaman ini juga memperkuat komitmennya terhadap ekumenisme dan dialog antariman.

Masa kecil dan pendidikan Desmond Tutu menunjukkan perjalanan seorang individu yang, meskipun menghadapi hambatan sistematis, tetap berkomitmen terhadap nilai-nilai pendidikan, keadilan, dan pelayanan. Pendidikan, baik secara formal maupun melalui pengalaman hidup, memainkan peran kunci dalam membentuk Tutu menjadi seorang pemimpin rohani dan aktivis hak asasi manusia.

Awal Karir Desmond Tutu

Desmond Tutu memulai karirnya dengan fokus pada pelayanan gerejawi dan pendidikan. Setelah ditahbiskan sebagai pendeta pada tahun 1960, ia melayani di beberapa paroki di Afrika Selatan. Keterlibatannya dalam Gereja memberikan platform bagi Tutu untuk mengembangkan pesan-pesan tentang kesetaraan, keadilan, dan hak asasi manusia, yang menjadi ciri khas kepemimpinannya.Desmond Tutu walk_tokoh.co.id

Pada awal 1960-an, Tutu meninggalkan Afrika Selatan untuk melanjutkan studi teologinya di King’s College London. Pengalaman ini tidak hanya memperdalam pemahaman teologisnya, tetapi juga membuka matanya terhadap dinamika politik dan sosial global. Di London, ia mendapatkan perspektif internasional yang akan berpengaruh pada pendekatan dan pemahamannya terhadap isu apartheid.

Setelah kembali ke Afrika Selatan pada tahun 1967, Tutu menjadi dosen di Federal Theological Seminary di Alice dan kemudian menjadi rektor di St. Augustine’s College di Johannesburg. Peran-peran ini menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan dan pembinaan generasi muda, terutama dalam menghadapi tantangan sosial dan politik apartheid.

Peran Tutu dalam kehidupan publik dan gerejawi mulai mendapatkan perhatian lebih luas pada akhir 1970-an. Pada tahun 1975, ia diangkat sebagai Dekan St. Mary’s Cathedral di Johannesburg, menjadi orang kulit hitam pertama yang menjabat posisi ini. Di sini, ia menjadi semakin vokal dan terlihat dalam kampanyenya melawan apartheid, menggunakan posisinya untuk menyoroti ketidakadilan sistem tersebut dan mendukung perubahan.

Pada tahun 1978, Tutu terpilih sebagai Sekretaris Jenderal South African Council of Churches, sebuah organisasi yang memainkan peran penting dalam perjuangan anti-apartheid. Dalam kapasitas ini, ia menjadi semakin terlibat dalam aktivisme anti-apartheid, menggunakan pengaruhnya untuk mendorong kesadaran internasional dan dukungan terhadap perjuangan tersebut.

Peristiwa Penting Desmond Tutu

  1. Pengangkatan sebagai Uskup Anglikan: Salah satu momen penting dalam karir Tutu adalah pengangkatannya sebagai Uskup Anglikan Lesotho pada tahun 1976. Ini menandai pertama kalinya ia memegang posisi kepemimpinan tinggi dalam Gereja Anglikan, memberinya platform yang lebih luas untuk menyuarakan perlawanan terhadap apartheid.
  2. Nobel Perdamaian 1984: Tutu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1984, mengakui peran pentingnya dalam perjuangan non-kekerasan melawan sistem apartheid. Penghargaan ini membawa perhatian internasional yang lebih besar terhadap isu apartheid dan memperkuat posisi Tutu sebagai pemimpin global dalam advokasi hak asasi manusia.
  3. Uskup Agung Cape Town: Pada 1986, Tutu diangkat sebagai Uskup Agung Cape Town, menjadi orang kulit hitam pertama yang memegang posisi ini. Dalam peran ini, ia menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap pemerintah apartheid dan menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan rasial.
  4. Peran dalam Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi: Setelah berakhirnya apartheid, Tutu dipilih oleh Presiden Nelson Mandela untuk memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan pada tahun 1995. Komisi ini merupakan upaya penting dalam menyembuhkan luka-luka nasional dan mengungkap kebenaran tentang kekejaman yang terjadi selama era apartheid. Melalui pekerjaan komisi, Tutu membantu mempromosikan pengampunan dan rekonsiliasi di Afrika Selatan.
  5. Advokasi Global Pasca-Apartheid: Setelah pensiun dari jabatan Uskup Agung, Tutu terus aktif dalam advokasi global. Ia berbicara terhadap ketidakadilan di berbagai belahan dunia, termasuk menentang perang di Irak dan mendukung hak-hak LGBTQ+. Tutu dikenal karena pandangannya yang berani dan tidak kompromi dalam membela hak asasi manusia.

Pencapaian Desmond Tutu

Desmond Tutu, dengan perjalanan hidupnya yang luar biasa, telah mencatatkan dirinya sebagai simbol perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Berikut adalah pencapaian-pencapaiannya yang telah membentuk dunia:

  1. Perjuangan Melawan Apartheid: Tutu memainkan peran penting dalam penghapusan sistem apartheid di Afrika Selatan. Sebagai aktivis hak asasi manusia dan pemimpin gerejawi, ia menjadi suara yang tidak tergoyahkan bagi kaum tertindas. Kepemimpinannya dalam berbagai demonstrasi dan kampanye internasional menggalang dukungan luas terhadap perjuangan anti-apartheid.Desmond Tutu vienna_tokoh.co.id
  2. Hadiah Nobel Perdamaian: Tutu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1984, pengakuan internasional atas upayanya yang tak kenal lelah dalam oposisi non-kekerasan terhadap sistem apartheid. Penghargaan ini tidak hanya menghormati Tutu tetapi juga memberikan platform global bagi perjuangan Afrika Selatan.
  3. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi: Sebagai ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Tutu memimpin upaya untuk membawa keadilan dan penyembuhan ke Afrika Selatan pasca-apartheid. Komisi ini menjadi model bagi negara-negara lain dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia dan membangun perdamaian.
  4. Advokasi Global: Tutu terus berperan aktif dalam advokasi global setelah apartheid berakhir. Ia berbicara keras melawan ketidakadilan di berbagai belahan dunia, termasuk menentang perang dan diskriminasi. Tutu secara konsisten menyerukan tindakan terhadap kemiskinan, perubahan iklim, dan penyakit seperti HIV/AIDS.
  5. Dukungan untuk Kesetaraan LGBT: Salah satu sikap progresif Tutu adalah dukungannya yang kuat terhadap hak-hak LGBT. Ia secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan komunitas LGBT, menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi diskriminasi dalam masyarakat yang adil.
  6. Karir Penulisan dan Pidato: Sebagai penulis dan orator yang berpengaruh, Tutu menulis beberapa buku yang mendalam tentang isu-isu keadilan, spiritualitas, dan perdamaian. Buku dan pidatonya menjangkau audiens global, menyebarkan pesan tentang keharmonisan dan toleransi.
  7. Penghargaan dan Penghormatan: Desmond Tutu dianugerahi berbagai penghargaan internasional, yang mencerminkan pengakuan atas kontribusi luar biasanya dalam bidang hak asasi manusia dan perdamaian. Di antara banyak penghargaan tersebut, yang paling menonjol termasuk Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1984, Penghargaan Templeton pada tahun 2013 untuk kontribusinya terhadap memajukan pemahaman spiritual, dan Penghargaan Sydney untuk Perdamaian pada tahun 1999. Selain itu, Tutu telah menerima lebih dari seratus gelar doktor kehormatan dari universitas-universitas di seluruh dunia, termasuk dari Oxford, Harvard, dan Columbia. Penghargaan-penghargaan ini bukan hanya mengakui pencapaiannya, tetapi juga merayakan prinsip-prinsip yang ia perjuangkan seumur hidupnya.

Kematian Desmond Tutu

Desmond Tutu meninggal pada tanggal 26 Desember 2021, pada usia 90 tahun. Kepergiannya menandai berakhirnya era bagi Afrika Selatan dan dunia, menutup babak kehidupan seorang tokoh yang tak hanya menjadi simbol perjuangan melawan apartheid tetapi juga seorang duta perdamaian dan rekonsiliasi.

Kematian Tutu disambut dengan duka mendalam baik di Afrika Selatan maupun di seluruh dunia. Pemimpin dunia, aktivis, dan masyarakat umum menyatakan penghormatan mereka kepada Tutu, mengenang kontribusinya yang tak terukur dalam perjuangan hak asasi manusia. Tutu dihormati sebagai sosok yang telah menginspirasi jutaan orang dengan pesan-pesannya tentang keadilan, kesetaraan, dan kebaikan hati.

Dalam upacara pemakaman yang diadakan, banyak yang mengenang Tutu sebagai seorang pemimpin yang berani, yang tak pernah takut untuk menghadapi ketidakadilan dan kebrutalan sistem apartheid. Upacara tersebut juga menjadi momen untuk merenungkan nilai-nilai yang diajarkannya: pengampunan, rekonsiliasi, dan pentingnya keadilan sosial.

Upacara pemakaman Tutu dihadiri oleh berbagai tokoh penting dan diisi dengan perayaan hidupnya yang luar biasa. Cerita-cerita tentang keberaniannya, kehangatan, dan humor yang tak terlupakan, serta komitmen tak tergoyahkan terhadap hak asasi manusia, menjadi tema yang berulang dalam penghormatan kepada Tutu.

Kematian Tutu juga menandai kesempatan bagi refleksi dan introspeksi tentang masa depan Afrika Selatan dan dunia dalam hal hak asasi manusia dan keadilan sosial. Dia meninggalkan warisan yang mengajarkan bahwa perdamaian dan rekonsiliasi adalah mungkin, bahkan di bawah kondisi yang paling sulit sekalipun.

Peninggalan Desmond Tutu

  1. Model Rekonsiliasi: Tutu meninggalkan model rekonsiliasi yang telah diadopsi oleh banyak negara pasca-konflik, menunjukkan bagaimana kebenaran dan pengampunan dapat membantu menyembuhkan luka nasional.
  2. Desmond Tutu sri chinmoy_tokoh.co.idInspirasi Moral dan Etika: Tutu dikenang sebagai suara moral yang berpengaruh, menginspirasi orang-orang untuk berjuang melawan ketidakadilan dan mempromosikan perdamaian.
  3. Peningkatan Kesadaran Hak Asasi Manusia: Melalui advokasinya, Tutu meningkatkan kesadaran global terhadap berbagai isu hak asasi manusia, dari apartheid hingga kesetaraan gender.
  4. Pengaruhnya pada Generasi Mendatang: Tutu telah menginspirasi generasi aktivis dan pemimpin yang baru, yang melanjutkan perjuangannya dalam memajukan hak asasi manusia dan keadilan sosial.
  5. Legasi Spiritualitas dan Kemanusiaan: Tutu meninggalkan warisan spiritualitas yang dalam dan pesan kemanusiaan yang universal, menekankan pentingnya cinta, kasih, dan persaudaraan.

Fakta Desmond Tutu

  1. Ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi: Sebagai Ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan, Tutu memainkan peran kunci dalam memfasilitasi proses pengungkapan kebenaran tentang kejahatan apartheid dan promosi pengampunan. Ia membantu memimpin sesi pendengaran publik di mana korban apartheid dan pelakunya sama-sama memberikan kesaksian, sebuah langkah penting dalam proses penyembuhan nasional.Desmond Tutu cologne_tokoh.co.id
  2. Pengaruh Internasional dalam Hak Asasi Manusia: Tutu menggunakan suaranya untuk menyerukan tindakan global terhadap isu-isu seperti kemiskinan dan penyakit, khususnya dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan dampak HIV/AIDS di Afrika. Ia sering berbicara di forum internasional, termasuk PBB, mengenai perlunya perhatian global terhadap isu-isu ini.
  3. Pendukung Kuat Kesetaraan Hak LGBT: Tutu menjadi salah satu tokoh agama utama yang vokal mendukung hak-hak LGBT. Ia menyerukan kepada gereja dan masyarakat untuk menerima dan merayakan semua individu, terlepas dari orientasi seksual mereka.
  4. Karya Tulis yang Berpengaruh: Dalam “No Future Without Forgiveness”, Tutu menjelaskan filosofinya tentang pengampunan dan rekonsiliasi, sementara “The Book of Forgiving”, yang ditulis bersama putrinya Mpho Tutu, memberikan panduan praktis tentang cara memaafkan dan bergerak maju dari trauma.
  5. Penghargaan Nobel Perdamaian: Penghargaan ini diberikan kepadanya pada tahun 1984 sebagai pengakuan atas kontribusi signifikannya dalam menentang sistem apartheid melalui metode non-kekerasan.
  6. Penghargaan Lainnya: Tutu dianugerahi Penghargaan Templeton pada tahun 2013 untuk kemajuannya dalam memajukan pemahaman spiritual dan Sydney Peace Prize pada tahun 1999 untuk upayanya dalam mendorong perdamaian dan rekonsiliasi.
  7. Gelar Kehormatan: Tutu diberikan lebih dari seratus gelar kehormatan oleh universitas-universitas di seluruh dunia sebagai pengakuan atas upayanya dalam pendidikan, hak asasi manusia, dan teologi.
  8. Pernyataan Kontroversial: Tutu dikenal karena kemampuannya untuk berbicara secara terbuka dan berani tentang isu-isu kontroversial, termasuk kritiknya terhadap pemerintah Afrika Selatan pasca-apartheid dan kebijakan luar negeri negara-negara Barat.
  9. Kesehatan dan Kematian: Tutu berjuang melawan kanker prostat selama bertahun-tahun sebelum meninggal pada 26 Desember 2021. Kematian dan kehidupannya diperingati di seluruh dunia sebagai kehilangan besar bagi komunitas hak asasi manusia dan perdamaian.

Quote

  1. “Kami tidak ingin kebebasan tanpa roti, juga tidak ingin roti tanpa kebebasan.”
  2. “Jika Anda netral dalam situasi ketidakadilan, Anda telah memilih pihak penindas. Jika seekor gajah memiliki kaki di ekor seekor tikus dan Anda mengatakan bahwa Anda netral, tikus tidak akan menghargai netralitas Anda.”
  3. “Harapan adalah kemampuan untuk melihat bahwa ada cahaya meskipun ada kegelapan.”
  4. “Ketidakadilan dan ketidakjujuran tidak pernah aman.”
  5. “Doa yang tidak mempraktikkan keadilan dengan orang lain adalah sebuah penipuan.”
TAGS: #desmond tutu
PREVIOUS
Margaret Thatcher, Arsitek Perubahan di Inggris Modern
NEXT
Jack Ma: Dari Guru Bahasa Inggris menjadi Magnat Teknologi
Related Post
yesus kristus foto_tokoh.co.id
December 29, 2023
Yesus Kristus, Kehidupan dan Warisan Sang Juruselamat
warren buffett foto1_tokoh.co.id
December 29, 2023
Warren Buffett: Legenda Investasi dari Omaha
Michael Jordan profil_tokoh.co.id
December 29, 2023
Michael Jordan, Pemain NBA Terbaik Sepanjang Masa
alfred nobel figure profile_tokoh.co.id
April 24, 2024
Alfred Nobel: Penemu Dinamit dan Pendiri Hadiah Nobel
Comments are closed.
THE CONTRIBUTE
Written by:
Redaksi Tokoh
5 Tokoh Agama Terkenal di Dunia
Written by:
Editorial staff
Tradisi Thudong: Mengungkap Kehidupan Biksu Pengembara
Written by:
Redaksi Tokoh
Cinta Terlarang Henry VIII & Anne: Kisah
LATEST NEWS
Pakar Energi Fatar Yani Abdurrahman Ungkap
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
Peter J. McGuire: Tokoh Penting Pergerakan
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
Tri Rismaharini: Arsitek Perubahan Kota Surabaya
HOT NEWS
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
5 Tokoh Agama Terkenal di Dunia
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
Tradisi Thudong: Mengungkap Kehidupan Biksu Pengembara
Tokoh.co.id - Berita Profil Tokoh Terbaru dan Terkini Hari Ini
Cinta Terlarang Henry VIII & Anne: Kisah

Berita Tokoh Masyarakat Inspiratif Terbaru Hari Ini, Menyajikan Profil Dan Biografi Lengkap Dari Berbagai Latar Belakang Untuk Memperkaya Pengetahuan Anda.

Dapatkan informasi terbaru tentang tokoh masyarakat inspiratif di TOKOH.CO.ID. Kami Menyajikan Profil Dan Biografi Lengkap Dari Berbagai Latar Belakang,

Seperti sejarahwan, politikus, tokoh agama, wirausahawan, praktisi, dan profesional dll Untuk Memperkaya Pengetahuan Anda. Jelajahi sekarang!

 

QUOTE OF THE DAY

“Move out of your comfort zone. You can only grow if you are willing to feel awkward and uncomfortable when you try something new.” –Brian Tracy

“Action is the foundational key to all success.” –Pablo Picasso

TRENDING NEWS
Content Creator Zendha Refitra Bagikan 2 Hal
Lisna Setiani - July 1, 2024
Paul Allen: Visioner Teknologi dan Filantropis Terkemuka
Editorial staff - May 15, 2024
LATEST NEWS
5 Tokoh Diktator Kejam di Dunia
Editorial staff - December 2, 2024
Pasangan TULUS Diprediksi Unggul di Pilkada TTU
Editorial staff - September 12, 2024
HOT NEWS
Hypatia Dari Alexandria: Sang Guru Bijak dari
Redaksi Tokoh - April 23, 2024
Emmy Noether: Arsitek Matematika Modern dan Teori
Redaksi Tokoh - April 22, 2024

BLOGROLL

  • zonanusantara.com
  • CaraLengkap.com
  • Create.web.id
  • DapurLetters.com
  • JasaSaya.com
  • KataSandi.com
  • WomanIndonesia.co.id
  • Desa.or.id
  • RedJasa.com
  • School.sch.id
  • SEO.sch.id
  • SLI.sch.id
  • Social.or.id
  • Whuzzz.com
  • TukuDong.com
  • Urbanoir.net
  • YPI.ac.id
  • idkoe.com
  • bukupandu.com
Scroll To Top
  • ABOUT US
  • PRIVACY POLICY
  • FAQ
  • CONTACT US
  • PEDOMAN KEBIJAKAN SIBER
© Copyright 2025 - Tokoh.co.id . All Rights Reserved