Tokoh.co.id – Dimulai setelah Perang Dunia II pada akhir 1940-an, Perang Dingin melibatkan ketegangan ideologi antara kapitalisme Amerika Serikat dan sosialisme Uni Soviet, serta pengaruh mereka di negara-negara lain. Meskipun tidak pernah terjadi pertempuran langsung antara kedua belah pihak, perang ini membentuk dinamika politik global selama hampir lima dekade.
Amerika Serikat dan Uni Soviet masing-masing menjadi pemimpin bagi blok-blok politik yang bertentangan: NATO (Organisasi Traktat Atlantik Utara) yang dipimpin AS dan Pakta Warsawa yang dipimpin Uni Soviet.
Perang Dingin ditandai dengan serangkaian konflik regional dan perang proksi di berbagai belahan dunia, termasuk perang Korea, perang Vietnam, perang di Afghanistan, dan konflik di Amerika Tengah dan Timur Tengah. Dalam konflik ini, kedua belah pihak memperkuat sekutu-sekutu mereka dan mendukung perlawanan terhadap pemerintahan yang dianggap berada di sisi yang bertentangan dengan ideologi mereka.
Selama masa Perang Dingin, persaingan sengit antara Amerika Serikat dan Uni Soviet juga terjadi dalam perlombaan senjata nuklir. Perlombaan senjata ini menghasilkan persenjataan nuklir yang masif dan memunculkan ketakutan akan konflik yang dapat mengakibatkan kehancuran global.
Perubahan politik dan ekonomi, seperti runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, menandai akhir dari Perang Dingin. Kehancuran ekonomi dan perubahan politik di Uni Soviet menyebabkan penurunan pengaruh global mereka, sementara Amerika Serikat menjadi satu-satunya superpower yang dominan dalam geopolitik global.
Perang Dingin telah meninggalkan warisan yang mendalam dalam sejarah modern. Konflik ideologis antara kapitalisme dan sosialisme telah membentuk bentuk geopolitik dan hubungan internasional modern. Meskipun secara resmi berakhir, dampaknya masih terasa dalam dinamika politik dan keamanan global saat ini.