Tokoh.co.id – Marie Curie, seorang tokoh yang menjadi simbol kegigihan dan inovasi dalam ilmu pengetahuan, merupakan sosok yang luar biasa dalam sejarah sains. Lahir di Warsawa, Polandia, pada tanggal 7 November 1867, Curie tumbuh dalam lingkungan yang menekankan pentingnya pendidikan dan pengetahuan. Perjalanan hidupnya, yang dipenuhi dengan tantangan dan pencapaian, menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Dikenal sebagai ilmuwan perempuan pertama yang memenangkan Hadiah Nobel dan satu-satunya orang yang memenangkannya dalam dua bidang ilmu yang berbeda – Fisika dan Kimia. Karya-karyanya dalam bidang radioaktivitas tidak hanya membuka jalan bagi penemuan dan inovasi lebih lanjut, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan di bidang kedokteran, terutama dalam pengobatan kanker. Marie Curie, dengan tekad dan dedikasinya yang tak tergoyahkan, telah membentuk wajah ilmu pengetahuan modern dan terus menginspirasi generasi penerus dalam mengejar pengetahuan serta kontribusi bagi umat manusia.
Sekilas Tentang Marie Curie
Marie Curie, lahir dengan nama Maria Sklodowska, merupakan sosok yang merevolusi dunia sains dengan penelitiannya tentang radioaktivitas. Anak bungsu dari lima bersaudara ini lahir pada 7 November 1867, di Warsawa, Polandia, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia. Ayahnya, Wladyslaw Sklodowski, adalah seorang guru fisika dan matematika, sementara ibunya, Bronislawa, adalah kepala sekolah. Kedua orang tuanya memastikan bahwa Marie dan saudara-saudaranya menerima pendidikan yang berkualitas, meskipun menghadapi kesulitan finansial.
Marie Curie dikenal dengan ketekunan dan kecerdasannya. Meskipun menghadapi tantangan sebagai perempuan dalam dunia sains yang didominasi pria, dia tidak pernah menyerah pada impian dan aspirasinya. Keingintahuan ilmiahnya mendorongnya untuk terus belajar dan mengeksplorasi, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Pada tahun 1891, Marie pindah ke Paris untuk melanjutkan studinya di Universitas Sorbonne, di mana dia mengambil jurusan fisika dan matematika. Di sana, dia bertemu dengan Pierre Curie, seorang fisikawan Prancis, yang kemudian menjadi suaminya. Bersama, mereka melakukan penelitian yang akan mengubah pemahaman dunia tentang radioaktivitas. Karya mereka tidak hanya penting bagi ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki aplikasi praktis dalam bidang kedokteran.
Marie Curie menjadi tokoh sentral dalam penelitian radioaktivitas, dan pengaruhnya dalam dunia sains terus diakui hingga hari ini. Dia bukan hanya seorang ilmuwan yang hebat, tetapi juga seorang pionir yang membuka jalan bagi perempuan di bidang akademik dan ilmu pengetahuan.
Kehidupan Awal dan Keluarga Marie Curie
Marie Curie, yang lahir sebagai Maria Sklodowska, menghabiskan masa kecilnya di Warsawa, Polandia, dalam lingkungan keluarga yang menghargai pendidikan dan pengetahuan. Ayahnya, Wladyslaw Sklodowski, adalah seorang guru fisika dan matematika yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap ilmu pengetahuan, sedangkan ibunya, Bronislawa, adalah seorang kepala sekolah yang berdedikasi. Marie adalah anak bungsu dari lima bersaudara, dan suasana rumahnya dipenuhi dengan diskusi intelektual dan semangat pembelajaran.
Tragedi pertama menghampiri keluarga Curie saat Marie masih muda. Ibunya menderita tuberculosis dan meninggal saat Marie berusia hanya sepuluh tahun. Kepergian ibunya memberikan dampak besar bagi Marie dan keluarganya, namun juga memperkuat tekad Marie dalam mengejar pendidikan. Ayahnya berusaha menggantikan peran ibu dalam mendidik anak-anaknya, seringkali mengajarkan pelajaran tambahan di rumah, yang membantu mempertajam intelektual Marie.
Marie Curie menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang sains dan matematika sejak usia muda. Namun, karena ketegangan politik di Polandia, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia, perempuan tidak diizinkan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Untuk mengatasi hal ini, Marie dan saudarinya, Bronislawa, bergabung dengan ‘Flying University’ – sebuah institusi pendidikan rahasia yang mengadakan kelas di berbagai lokasi di Warsawa untuk menghindari pengawasan pemerintah.
Ketika mencapai usia dewasa, Marie dan saudarinya membuat kesepakatan: Marie akan bekerja untuk mendukung pendidikan medis Bronislawa di Paris, dan kemudian Bronislawa akan mendukung Marie dalam mengejar studinya. Marie bekerja sebagai pengajar dan pengasuh selama beberapa tahun untuk memenuhi bagian perjanjiannya. Setelah saudarinya menyelesaikan studi dan menikah, Marie pun berkesempatan untuk memulai pendidikan tingginya di Paris.
Setelah tiba di Paris, Marie Curie memasuki Universitas Sorbonne, tempat dia mengejar gelar dalam fisika dan matematika. Di sana, dia bertemu Pierre Curie, seorang fisikawan yang kemudian menjadi suaminya. Pierre dan Marie memiliki dua anak perempuan, Irene dan Eve. Irene juga menjadi seorang ilmuwan terkemuka, mengikuti jejak ibunya, dan Eve menjadi penulis dan humanis.
Keluarga Curie mendedikasikan hidup mereka untuk ilmu pengetahuan. Hubungan Marie dengan Pierre tidak hanya sebatas pasangan suami istri, tetapi juga sebagai mitra penelitian. Mereka sering kali bekerja bersama dalam laboratorium, menjelajahi dunia radioaktivitas. Sayangnya, Pierre meninggal secara tragis dalam sebuah kecelakaan pada tahun 1906, meninggalkan Marie dan dua anaknya.
Meskipun ditinggal suaminya, Marie Curie terus melanjutkan penelitiannya. Dia tidak hanya berhasil mengatasi tantangan sebagai janda dengan dua anak, tetapi juga sebagai perempuan dalam dunia sains yang didominasi pria. Perjalanan hidupnya, penuh dengan cinta, kehilangan, dan pencapaian ilmiah, memberikan gambaran yang kuat tentang kegigihan dan dedikasi seorang wanita dalam menghadapi rintangan hidup.
Masa Kecil dan Pendidikan Marie Curie
Marie Curie, yang lahir dan besar di Warsawa, Polandia, memiliki masa kecil yang dipengaruhi oleh peristiwa politik dan sosial di negaranya. Lahir pada 7 November 1867, Marie tumbuh di sebuah negara yang berada di bawah penjajahan Kekaisaran Rusia, di mana tekanan politik dan kultural sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Masa kecilnya tidak hanya dipenuhi dengan tantangan akibat kehilangan ibunya pada usia yang sangat muda, tetapi juga dengan keinginan kuat untuk belajar dan berkembang dalam suasana yang represif.
Marie, yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap ilmu pengetahuan dan matematika sejak usia dini, harus menghadapi batasan yang diberlakukan terhadap pendidikan perempuan. Pada masa itu, perempuan di Polandia dilarang mengikuti pendidikan tinggi di universitas. Hal ini memaksa Marie dan saudara-saudaranya untuk mencari alternatif lain dalam pendidikan. Marie menjadi bagian dari ‘Flying University’, sebuah gerakan pendidikan rahasia yang menyediakan pendidikan tingkat universitas bagi perempuan dan laki-laki Polandia yang ditolak oleh sistem pendidikan resmi.
Dalam ‘Flying University’, Marie mendapatkan pengetahuan dasar dalam bidang sains dan humaniora. Pengalamannya di sana tidak hanya membentuk dasar pengetahuannya, tetapi juga semangatnya untuk melawan ketidakadilan dan pembatasan terhadap perempuan. Kondisi politik di Polandia saat itu membuatnya lebih bertekad untuk mengejar pendidikan dan pengetahuan, meskipun harus menghadapi hambatan besar.
Setelah bekerja untuk mendukung pendidikan saudarinya, Marie memutuskan untuk melanjutkan studinya di Paris. Pada tahun 1891, dia berangkat ke ibu kota Prancis dan mendaftar di Universitas Sorbonne. Di sana, dia menunjukkan dedikasi dan kecerdasan yang luar biasa, seringkali menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan dan laboratorium. Studinya di Sorbonne memungkinkan dia untuk mendalami ilmu fisika dan matematika, dan dia lulus dengan gelar di kedua bidang tersebut.
Pendidikan tinggi Marie di Sorbonne merupakan langkah krusial dalam perjalanan karir ilmiahnya. Di sana, dia tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademis yang diperlukan untuk penelitian masa depannya, tetapi juga membangun jaringan profesional yang akan mendukung kariernya. Selama waktunya di Sorbonne, Marie bertemu dengan Pierre Curie, seorang fisikawan yang memiliki minat serupa dalam magnetisme dan kristalografi. Pertemuan mereka akan membuka babak baru dalam hidup dan karier Marie.
Tantangan yang dia hadapi sebagai perempuan dalam dunia sains yang didominasi pria, dan kegigihannya dalam menghadapi hambatan tersebut, menjadikan kisah hidupnya sebagai sumber inspirasi yang tak lekang oleh waktu.
Awal Karir Marie Curie
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Sorbonne, Marie Curie memulai karirnya dalam dunia sains, yang akan menempatkannya sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah. Awal karir Marie ditandai dengan serangkaian penelitian yang tidak hanya menantang pemahaman konvensional tentang fisika dan kimia, tetapi juga membuka jalan bagi penemuan baru dalam bidang radioaktivitas.
Pada awal tahun 1890-an, Marie bekerja di laboratorium industri di Paris, tempat dia memulai penelitiannya tentang magnetisme. Kesempatan untuk mengejar penelitian independen datang ketika dia bertemu dengan Pierre Curie, yang saat itu sudah dikenal karena penelitiannya dalam bidang kristalografi dan magnetisme. Pertemuan ini membawa mereka ke kolaborasi ilmiah yang erat, yang akhirnya berujung pada pernikahan mereka pada tahun 1895.
Penelitian awal Marie bersama Pierre terfokus pada radioaktivitas, sebuah istilah yang dia sendiri ciptakan. Penelitiannya dimulai dengan meneliti fosforesensi uranium yang ditemukan oleh Henri Becquerel. Marie Curie menemukan bahwa radiasi yang dihasilkan oleh uranium tidak bergantung pada bentuk atau keadaan fisik zat tersebut, sebuah temuan yang menantang pemahaman saat itu tentang sifat-sifat zat radioaktif.
Marie kemudian memperluas penelitiannya dengan mengisolasi dua unsur radioaktif baru: polonium, yang dinamai berdasarkan negara asalnya, Polandia, dan radium. Penemuan ini tidak hanya memperkaya tabel periodik, tetapi juga memberikan pemahaman baru tentang struktur atom dan sifat radioaktivitas.
Tahun-tahun awal karier Marie Curie, yang dihabiskan dalam penelitian bersama Pierre, membuktikan produktivitas dan inovasi yang luar biasa. Bersama-sama, mereka meletakkan dasar bagi penelitian radioaktivitas, yang akan memengaruhi banyak bidang, dari fisika nuklir hingga pengobatan.
Peristiwa Penting Marie Curie
Karir Marie Curie diwarnai oleh beberapa peristiwa penting yang tidak hanya membentuk jalannya karirnya tetapi juga memiliki dampak signifikan pada dunia sains. Salah satu momen paling monumental dalam hidupnya adalah penemuan radioaktivitas, yang menjadi tonggak sejarah dalam ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1898, Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie, mengumumkan penemuan polonium dan radium, dua unsur radioaktif yang mereka isolasi dari pechblende. Penemuan ini bukan hanya signifikan dalam konteks ilmu kimia dan fisika, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan teknologi nuklir dan pengobatan radiologi. Marie Curie sendiri sangat terlibat dalam penelitian tentang sifat-sifat terapeutik radiasi, yang kemudian menjadi dasar bagi pengembangan radioterapi dalam pengobatan kanker.
Pada tahun 1903, Marie dan Pierre Curie bersama dengan Henri Becquerel dianugerahi Hadiah Nobel Fisika untuk penelitian mereka tentang fenomena radioaktivitas. Penghargaan ini tidak hanya merupakan pengakuan atas pencapaian ilmiah mereka, tetapi juga menandai Marie Curie sebagai perempuan pertama yang memenangkan Hadiah Nobel. Penghargaannya ini menjadi simbol kemajuan bagi perempuan dalam bidang sains dan akademis.
Tragedi menghampiri Marie Curie dengan meninggalnya Pierre Curie pada tahun 1906 akibat kecelakaan. Meskipun kehilangan ini sangat menyakitkan, Marie melanjutkan pekerjaan penelitiannya dan bahkan mengambil alih posisi suaminya sebagai Profesor Fisika di Universitas Sorbonne, menjadi perempuan pertama yang mengajar di universitas tersebut.
Pencapaian signifikan lainnya terjadi pada tahun 1911, ketika Marie Curie sekali lagi membuat sejarah dengan memenangkan Hadiah Nobel kedua, kali ini di bidang Kimia, untuk pekerjaannya dalam isolasi radium murni. Dia menjadi satu-satunya orang yang memenangkan Hadiah Nobel dalam dua bidang ilmu yang berbeda, sebuah prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan jarang terjadi sesudahnya.
Selama Perang Dunia I, Marie Curie memainkan peran penting dalam pengembangan unit radiologi mobile, yang dikenal sebagai “Petites Curies”. Dia memanfaatkan pengetahuannya tentang radioaktivitas untuk membantu tentara yang terluka di medan perang, menunjukkan aplikasi praktis penelitiannya dalam situasi krisis.
Peristiwa-peristiwa penting ini menunjukkan bukan hanya kecerdasan dan ketekunan Marie Curie sebagai seorang ilmuwan, tetapi juga ketangguhannya sebagai seorang individu yang menghadapi tantangan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Pencapaian Marie Curie
Marie Curie, dengan kontribusinya yang monumental dalam ilmu pengetahuan, telah meninggalkan warisan yang tak ternilai. Pencapaiannya tidak hanya merevolusi bidang fisika dan kimia, tetapi juga memberikan dampak besar pada berbagai bidang lain, termasuk kedokteran dan teknik.
- Penemuan Radioaktivitas: Marie Curie adalah pelopor dalam penelitian radioaktivitas. Bersama dengan suaminya, Pierre Curie, dan Henri Becquerel, mereka meletakkan dasar untuk memahami fenomena radioaktivitas. Pencapaian ini tidak hanya penting dalam konteks ilmiah tetapi juga membuka jalan bagi aplikasi praktis, seperti dalam pengobatan kanker dan produksi energi nuklir.
- Penemuan Polonium dan Radium: Marie Curie memainkan peran utama dalam penemuan dua unsur kimia baru, polonium dan radium. Penemuan ini sangat penting karena memberikan wawasan baru tentang sifat unsur dan struktur atom. Isolasi radium murni, khususnya, merupakan pencapaian luar biasa yang membutuhkan dedikasi dan ketekunan yang tak tergoyahkan.
- Hadiah Nobel: Marie Curie adalah perempuan pertama yang memenangkan Hadiah Nobel dan satu-satunya orang yang memenangkan Hadiah Nobel di dua bidang ilmu yang berbeda: Fisika (1903) dan Kimia (1911). Penghargaan ini menandai pengakuan internasional atas kontribusi signifikannya dalam ilmu pengetahuan.
- Pendidikan dan Kepemimpinan Akademis: Setelah kematian suaminya, Marie mengambil alih posisinya sebagai Profesor Fisika di Universitas Sorbonne, menjadi perempuan pertama yang mengajar di institusi tersebut. Dia memainkan peran penting dalam mendidik generasi baru ilmuwan dan menunjukkan bahwa perempuan bisa meraih posisi kepemimpinan dalam bidang akademis.
- Aplikasi Medis Radioaktivitas: Marie Curie juga berkontribusi dalam pengembangan aplikasi medis radioaktivitas. Selama Perang Dunia I, dia membantu mendirikan unit radiologi mobile untuk membantu perawatan medis tentara di garis depan. Ini menunjukkan penerapan praktis penelitian radioaktivitas dalam pengobatan dan diagnosa penyakit.
- Advokasi Perempuan dalam Sains: Sebagai perempuan pertama yang mencapai banyak prestasi dalam dunia ilmu pengetahuan, Marie Curie menjadi simbol dan advokat untuk perempuan dalam sains. Dia membuka jalan bagi banyak perempuan untuk mengikuti jejaknya dalam bidang yang sebelumnya didominasi oleh pria.
- Kontribusi Terhadap Pemahaman Atom: Penelitian Marie Curie dalam radioaktivitas memberikan kontribusi penting untuk pemahaman kita tentang atom. Penemuannya mengenai radiasi alami unsur-unsur membantu meletakkan dasar bagi fisika atom modern.
Kematian Marie Curie
Marie Curie meninggal pada 4 Juli 1934, namun hari-hari terakhirnya mencerminkan karakternya yang kuat dan komitmen tak tergoyahkan terhadap ilmu pengetahuan. Dalam tahun-tahun terakhirnya, meskipun kesehatannya semakin menurun akibat paparan radiasi berkepanjangan, Marie Curie terus bekerja dengan tekun. Dia menghabiskan hari-harinya di laboratorium, terus menerus mengeksplorasi dan memajukan bidang yang telah dia dedikasikan sepanjang hidupnya.
Di usia 66 tahun, Marie Curie menghadapi konsekuensi dari tahun-tahun penelitian tanpa perlindungan yang memadai dari radiasi. Dia menderita aplastic anemia, kondisi yang menurunkan kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan sel darah baru, suatu efek samping dari paparan radiasi jangka panjang. Meskipun kondisinya semakin memburuk, semangatnya untuk sains dan penelitian tidak pernah pudar. Dia tetap berkomitmen pada pekerjaannya, menunjukkan kekuatan dan ketahanan yang luar biasa.
Marie Curie meninggal di klinik Sancellemoz, di Haute-Savoie, Prancis. Kematian Curie merupakan kesaksian dari dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap ilmu pengetahuan, dan menjadi pengingat tentang pentingnya keselamatan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dan kerja Curie membantu memperluas pemahaman kita tentang radioaktivitas dan atom, tetapi juga membuktikan bahwa penelitian ilmiah harus dilakukan dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan.
Marie Curie dimakamkan di dekat suaminya, Pierre, di pemakaman Sancellemoz. Pada tahun 1995, jenazah mereka dipindahkan ke Pantheon di Paris, bergabung dengan tokoh-tokoh terkemuka Prancis lainnya. Pemindahan ini tidak hanya merupakan penghormatan atas kontribusinya yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan negara, tetapi juga pengakuan atas perjuangan dan pengorbanannya sebagai seorang pionir dalam sains.
Kematian Marie Curie mengingatkan dunia akan pentingnya keselamatan dalam penelitian dan penggunaan teknologi. Warisannya tidak hanya terletak pada penemuannya, tetapi juga pada standar keselamatan yang dia tetapkan untuk generasi ilmuwan masa depan.
Peninggalan Marie Curie
- Penghargaan Nobel: Marie Curie adalah tokoh bersejarah dalam dunia ilmu pengetahuan karena menjadi perempuan pertama yang memenangkan Hadiah Nobel dan satu-satunya orang hingga saat ini yang memenangkannya dalam dua bidang ilmiah yang berbeda. Dia dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1903, bersama suaminya Pierre Curie dan Henri Becquerel, atas penelitian mereka tentang radioaktivitas. Kemudian, pada tahun 1911, dia memenangkan Hadiah Nobel Kimia untuk penemuannya dan isolasi radium murni.
- Revolusi dalam Ilmu Pengetahuan: Curie memainkan peran penting dalam revolusi ilmu pengetahuan modern, terutama melalui penelitiannya tentang radioaktivitas. Penemuannya mengenai polonium dan radium memberikan kontribusi besar pada pemahaman kita tentang struktur atom dan fisika nuklir.
- Pengobatan Kanker dan Radioterapi: Curie tidak hanya membuka jalan bagi pengembangan radioterapi dalam pengobatan kanker, tetapi juga menetapkan dasar untuk penggunaan radiasi dalam pengobatan medis. Karyanya sangat berpengaruh dalam pengembangan teknik pengobatan yang menyelamatkan jutaan nyawa.
- Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan: Sebagai perintis dan inspirasi bagi perempuan dalam sains, Curie membuktikan bahwa perempuan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang sains dan akademik. Dia adalah simbol pemberdayaan perempuan dan terus memotivasi generasi perempuan untuk mengejar karier ilmiah.
- Kesadaran tentang Keselamatan Radiasi: Meskipun Curie tidak menyadari bahaya radiasi selama hidupnya, kasusnya menjadi pengingat tentang pentingnya keselamatan radiasi. Kematian dan penyakitnya akibat paparan radiasi mendorong peningkatan standar keselamatan dalam penelitian dan penggunaan material radioaktif.
- Institut Curie: Didirikan pada tahun 1920 di Paris, Institut Curie merupakan pusat penelitian dan pengobatan kanker terkemuka yang menggabungkan penelitian ilmiah dan aplikasi klinis. Institusi ini menjadi simbol dari warisan langsung Marie Curie dalam memerangi kanker.
Fakta – Fakta Tentang Marie Curie
Berikut adalah beberapa fakta menarik dan signifikan tentang Marie Curie yang belum disebutkan sebelumnya:
- Pendidikan Awal di Rumah: Sebelum mengikuti ‘Flying University, Marie Curie mendapatkan pendidikan awalnya di rumah. Ayahnya mengajarkan matematika dan fisika, sementara ibunya memberikan pelajaran dasar dalam literatur dan bahasa.
- Kerja sebagai Pengasuh: Untuk mendanai studinya, Marie bekerja sebagai pengasuh dan guru privat. Dia menghabiskan beberapa tahun mengajar anak-anak dari keluarga kaya sebelum dapat membiayai pendidikannya sendiri di Paris.
- Penelitian dengan Pierre Curie: Marie dan Pierre Curie sering melakukan penelitian mereka di kondisi yang sulit dan berbahaya. Laboratorium mereka sederhana dan tidak memiliki ventilasi yang memadai untuk mengatasi bahan radioaktif yang mereka gunakan.
- Pengakuan Internasional: Marie Curie dikenal secara internasional sebagai seorang ahli dalam bidang radioaktivitas. Dia sering diundang untuk berbicara di konferensi ilmiah dan pertemuan akademis di seluruh dunia.
- Buku Teks Tentang Radioaktivitas: Marie Curie menulis sebuah buku teks penting tentang radioaktivitas, yang menjadi referensi utama dalam bidang ini selama beberapa dekade.
- Penggunaan X-Ray dalam Perang Dunia I: Selama Perang Dunia I, Marie Curie mengembangkan unit X-ray mobile, yang sangat membantu dalam perawatan medis tentara di garis depan. Dia sendiri mengoperasikan beberapa unit ini, menunjukkan keberanian dan dedikasi kepada kemanusiaan.
- Kemampuan Bahasa: Marie Curie fasih berbahasa Polandia dan Prancis, dan memiliki kemampuan dalam beberapa bahasa lain, termasuk Inggris, yang memudahkannya dalam berkomunikasi dengan ilmuwan internasional.
- Penghargaan dan Medali: Selain dua Hadiah Nobel, Marie Curie juga menerima banyak penghargaan lain, termasuk Medali Davy dari Royal Society of London pada tahun 1903 dan Medali Matteucci pada tahun 1904.
- Paten untuk Proses Radioaktivitas: Marie Curie tidak mematenkan proses isolasi radium, memungkinkan peneliti lain untuk bebas meneliti dan menggunakan penemuannya.
- Tetap Bekerja Meski Sakit: Bahkan saat kesehatannya menurun, Marie Curie tetap aktif dalam penelitian dan pekerjaan ilmiahnya. Dia jarang mengambil istirahat, menunjukkan komitmen luar biasa terhadap pekerjaannya.
- Keanggotaan di Akademi Ilmu Pengetahuan: Marie Curie adalah anggota aktif dari berbagai akademi ilmu pengetahuan, termasuk Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, meskipun menghadapi hambatan gender.
- Radium sebagai Simbol Nasional: Di Polandia, radium menjadi simbol kebanggaan nasional karena Marie Curie, yang merupakan orang Polandia, menamainya Polonium setelah negaranya.
Kutipan (5 Kutipan dalam Bahasa Indonesia)
Berikut adalah lima kutipan inspiratif dari Marie Curie dalam Bahasa Indonesia:
- “Tak ada yang perlu ditakuti dalam hidup, hanya perlu dimengerti. Sekaranglah saatnya untuk memahami lebih banyak, agar kita dapat takut lebih sedikit.”
- “Seseorang tidak pernah memperhatikan apa yang telah dilakukan; seseorang hanya melihat apa yang masih harus dilakukan.”
- “Dalam sains, kita harus tertarik pada hal-hal yang belum pasti, bukan pada kebenaran yang sudah jelas.”
- “Saya dilahirkan untuk sains dan untuk bekerja.”
- “Ilmu pengetahuan dan kehidupan tidak dapat dipisahkan.”