Tokoh.co.id – Mohammad Hatta, dikenal luas sebagai “Bung Hatta,” merupakan sosok penting dalam sejarah Indonesia. Lahir di Bukittinggi, Hatta tumbuh dalam keluarga yang berpegang teguh pada nilai-nilisme Islam. Kehidupannya, dari masa kecil hingga menjadi salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, mencerminkan perjuangan, dedikasi, dan cinta tanah air. Sebagai tokoh yang berpengaruh, Hatta tidak hanya dikenang sebagai politikus, tetapi juga sebagai pemikir, ekonom, dan pejuang koperasi.
Sekilas Tentang Mohammad Hatta
Mohammad Hatta adalah figur yang menonjol dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dikenal sebagai ‘Bapak Koperasi Indonesia’. Lahir pada 12 Agustus 1902, Mohammad Hatta mengalami kehilangan ayahnya di usia sangat muda dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menganut sistem matrilineal Minangkabau. Pendidikannya yang berkualitas memungkinkannya menguasai Bahasa Belanda dan mengenal dunia literasi yang luas.
Dalam perjalanan hidupnya, Hatta tak hanya menempa ilmu, tetapi juga mengasah kepekaan sosial dan politik. Pendidikannya di Belanda, terutama di Rotterdam School of Commerce, tidak hanya membentuknya sebagai ekonom tapi juga sebagai pemikir yang kritis. Keterlibatannya dalam pergerakan nasional Indonesia di awal abad ke-20 menandai awal dari komitmen politiknya.
Sebagai tokoh yang berpengaruh, Hatta dikenal karena prinsipnya yang kuat, kecerdasan, dan keahlian dalam diplomasi. Kepemimpinannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan perannya sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia menegaskan posisinya sebagai tokoh sentral dalam sejarah bangsa. Mohammad Hatta tidak hanya membantu mengukir sejarah kemerdekaan Indonesia, tetapi juga memainkan peran penting dalam pembangunan pascakemerdekaan, khususnya dalam mempromosikan ekonomi kerakyatan melalui gerakan koperasi.
Kehidupan Awal dan Keluarga Mohammad Hatta
Mohammad Hatta lahir di Fort De Kock, yang kini dikenal sebagai Bukittinggi, pada tanggal 12 Agustus 1902. Lahir dalam keluarga yang berpengaruh dan taat beragama Islam, kehidupan awal Hatta ditandai dengan peristiwa tragis, yaitu kehilangan ayahnya, Haji Mohammad Djamil, saat ia baru berusia delapan bulan. Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, Hatta dibesarkan dalam keluarga ibunya. Lingkungan keluarga ini tidak hanya memberinya kasih sayang, tetapi juga pendidikan dan akses ke sumber daya yang memadai.
Sejak kecil, Hatta telah menunjukkan ketertarikan yang besar pada dunia literasi. Kemampuannya berbahasa Belanda yang ia pelajari di sekolah, serta kesempatan untuk menyelesaikan pembelajaran Al-Qur’an setelah sekolah, mencerminkan latar belakang keluarga yang mendukung pendidikan. Keluarga ibunya yang berkecukupan memungkinkan Hatta mendapatkan pendidikan yang berkualitas, suatu hal yang pada masa itu tidak semua anak bisa nikmati.
Pengalaman kehidupan awal Mohammad Hatta di Minangkabau sangat memengaruhi pandangannya tentang dunia dan nilai-nilai yang ia anut. Sistem matrilineal di Minangkabau, yang menekankan pentingnya peran wanita dan kekuatan hubungan keluarga, membentuk karakter Hatta sebagai individu yang menghargai keadilan sosial dan kebersamaan. Hal ini turut membentuk kepekaan sosial dan kecenderungannya terhadap pemikiran progresif.
Di tengah kondisi keluarga yang mendukung, Hatta tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, inquisitif, dan memiliki minat kuat terhadap isu sosial dan politik. Keadaan politik dan sosial di Indonesia yang saat itu masih berada di bawah kolonialisme Belanda juga memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan ideologi dan perjuangan Hatta. Kesadaran akan pentingnya kemerdekaan dan keadilan sosial mulai tumbuh dalam dirinya.
Hatta juga dikenal sebagai anak yang memiliki kecenderungan intelektual sejak usia dini. Keingintahuannya yang luas dan kemampuannya untuk memahami kompleksitas isu-isu sosial dan politik di usia muda, menjadi dasar bagi peranannya nanti sebagai salah satu pemimpin nasional. Kemampuan ini tidak hanya terbatas pada lingkup akademis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, di mana ia sering kali mengamati dan merenungkan kondisi sosial di sekitarnya.
Pendidikan formal dan non-formal yang Hatta terima di lingkungan keluarganya tidak hanya mengasah kecerdasannya, tetapi juga membentuknya sebagai sosok yang memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama. Nilai-nilai ini akan terus ia bawa dan menjadi ciri khas dalam perjuangannya untuk Indonesia.
Masa Kecil dan Pendidikan Mohammad Hatta
Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan Mohammad Hatta sejak masa kecil. Setelah kehilangan ayahnya di usia yang sangat muda, Hatta dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung pengembangan intelektual dan moral. Diawali dengan pendidikan dasar di Bukittinggi, ia kemudian melanjutkan studi di sekolah berbahasa Belanda (ELS atau Europeesche Lagere School) di Padang, yang menandai awal perjalanan akademisnya yang cemerlang.
Di ELS, Hatta menunjukkan bakat dan kecerdasan luar biasa. Kemampuannya dalam menguasai Bahasa Belanda, yang saat itu merupakan bahasa penting dalam administrasi dan pendidikan, membuka jalan bagi kesempatan pendidikan yang lebih luas. Ketika berusia tiga belas tahun, Hatta lulus ujian yang memungkinkannya untuk bersekolah di sekolah menengah Belanda (HBS atau Hogere). Namun, atas permintaan ibunya, ia tetap tinggal di Padang dan memasuki sekolah menengah junior atau MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).
Masa-masa di MULO bukan hanya tentang pendidikan formal bagi Hatta, tetapi juga tentang pengembangan pribadi dan kesadaran sosial. Selain belajar, ia juga bekerja paruh waktu di kantor pos. Pengalaman ini memberinya wawasan tentang dunia kerja dan lebih memperkuat kepekaan sosialnya terhadap kondisi masyarakat.
Setelah menyelesaikan pendidikan di MULO, Hatta melanjutkan studinya ke Belanda, sebuah langkah besar yang membawa dampak signifikan dalam perjalanan hidupnya. Di Rotterdam School of Commerce, Hatta tidak hanya mendalami ilmu ekonomi, tetapi juga terlibat aktif dalam pergerakan mahasiswa dan organisasi pelajar Indonesia di Belanda. Masa ini menjadi titik balik bagi Hatta, di mana ia mulai terjun secara aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selama berada di Belanda, Mohammad Hatta tidak hanya fokus pada studi ekonomi, tetapi juga aktif dalam pergerakan mahasiswa dan organisasi politik. Salah satu tokoh penting yang ia temui adalah Dr. C. Snouck Hurgronje, seorang orientalis terkemuka yang memberikan wawasan tentang politik kolonial Belanda. Dr. Hurgronje dikenal karena pandangannya tentang Islam dan kebijakan kolonial, yang memberi Hatta perspektif berharga tentang bagaimana kekuasaan kolonial beroperasi.
Mohammad Hatta juga bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional dari berbagai belahan dunia. Di antaranya adalah Jawaharlal Nehru dari India, yang kemudian menjadi Perdana Menteri pertama India. Pertemuan dengan Nehru memberi Hatta pemahaman tentang pergerakan nasionalisme di negara lain dan strategi dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Selain itu, MohammadHatta juga berinteraksi dengan tokoh-tokoh politik dan intelektual Eropa yang memberinya pengetahuan tentang teori politik, ekonomi, dan sosialisme. Di antara mereka adalah Henriette Roland Holst, seorang penyair dan politikus sosialis, yang memberikan pengaruh pada pemikiran sosial dan ekonomi Hatta.
Interaksi dengan berbagai tokoh ini memperkaya wawasan dan pemikiran MohammadHatta, memberinya perspektif global yang luas. Pengalaman ini tidak hanya mempengaruhi pemahaman Hatta tentang perjuangan kemerdekaan, tetapi juga strategi dan pendekatan yang ia adopsi dalam pergerakan nasional Indonesia.
Pengalaman Hatta di Belanda membentuknya sebagai pemikir yang kritis dan terbuka. Di sana, ia bertemu dengan berbagai tokoh dan intelektual dari berbagai negara, memperluas wawasannya tentang politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pengalamannya dalam organisasi pelajar dan aktivisme politik di Eropa memberi Hatta pemahaman mendalam tentang pentingnya organisasi, diplomasi, dan strategi dalam perjuangan kemerdekaan.
Awal Karir Mohammad Hatta
Karir awal Mohammad Hatta tidak lepas dari latar belakang pendidikannya yang solid dan komitmen mendalamnya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan di Nederlandse Handelshoogeschool (sekarang Erasmus Universiteit Rotterdam) di Belanda, Hatta kembali ke Indonesia dengan perspektif baru dan pengetahuan yang luas tentang ekonomi dan politik.
Pada awal 1920-an, ketika Hatta kembali ke Indonesia, ia sudah dikenal sebagai seorang aktivis yang cerdas dan berdedikasi. Dia langsung terjun ke dalam aktivitas politik dan sosial, dengan fokus pada perjuangan anti-kolonialisme dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Keterlibatannya dalam Perhimpunan Indonesia di Belanda, yang merupakan organisasi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menentang kolonialisme Belanda, telah membentuk pandangannya tentang pentingnya kemerdekaan dan kedaulatan nasional.
Karir politiknya di Indonesia dimulai dengan bergabung dengan organisasi-organisasi nasionalis seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), di mana ia bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis lain seperti Soekarno. Keterampilan diplomasi dan pemahaman mendalam Hatta tentang ekonomi dan politik internasional membantunya dalam membangun strategi dan retorika perjuangan kemerdekaan.
Selain aktivitas politik, Hatta juga aktif dalam pengembangan ekonomi. Dia sangat mendukung konsep koperasi sebagai sarana pemberdayaan ekonomi rakyat dan mengurangi ketergantungan pada ekonomi kolonial. Ini tercermin dalam upayanya untuk mempromosikan dan mengorganisir gerakan koperasi di Indonesia.
Hatta juga dikenal karena tulisan dan pidatonya yang tajam dan persuasif. Dia sering menulis di berbagai publikasi untuk mempromosikan ide-ide nasionalisme dan anti-kolonialisme, serta menganalisis masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia.
Peristiwa Penting Mohammad Hatta
Karier Mohammad Hatta tidak hanya terbatas pada aspek akademis dan intelektual, tetapi juga melibatkan peran penting dalam peristiwa-peristiwa signifikan dalam sejarah Indonesia.
Salah satu peristiwa paling monumental dalam karier Hatta adalah saat ia, bersama Soekarno, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Moment ini tidak hanya menandai kelahiran sebuah bangsa, tetapi juga menegaskan posisi Hatta sebagai salah satu arsitek kemerdekaan Indonesia.
Sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia, Hatta memiliki peran krusial dalam membangun fondasi negara yang baru merdeka. Selama masa jabatannya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, dan Menteri Luar Negeri dalam waktu yang bersamaan. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berjuang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari diplomasi internasional hingga penanganan konflik internal.
Hatta juga dikenal karena kebijakan dan pemikirannya yang moderat dalam politik. Ia memainkan peran penting dalam menegakkan demokrasi dan menjaga keseimbangan kekuasaan di tengah dinamika politik yang rumit, terutama dalam menghadapi peningkatan ketegangan dengan Presiden Soekarno. Keputusannya untuk mundur dari jabatan Wakil Presiden pada tahun 1957 adalah bukti komitmen Hatta terhadap prinsip dan nilai demokrasi, sekaligus menunjukkan integritas dan keberanian moralnya.
Selain peran politiknya, Hatta juga dikenal sebagai “Bapak Koperasi Indonesia”. Ia memainkan peran penting dalam pengembangan gerakan koperasi di Indonesia, yang ia anggap sebagai alat penting untuk pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengurangan ketidakadilan sosial. Upaya Hatta dalam mempromosikan koperasi menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Dalam konteks internasional, Hatta juga berperan sebagai diplomat. Ia aktif dalam memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Indonesia di forum internasional, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Upayanya ini tidak hanya penting untuk kemerdekaan Indonesia, tetapi juga memberikan inspirasi bagi pergerakan kemerdekaan di negara-negara lain di Asia dan Afrika.
Pencapaian Mohammad Hatta
Mohammad Hatta, sebagai arsitek kemerdekaan dan pembangunan Indonesia, memberikan kontribusi yang sangat penting dan beragam, yang mencakup bidang po
litik, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Di Bidang Politik:
- Proklamasi Kemerdekaan: Bersama Soekarno, Mohammad Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, sebuah langkah bersejarah yang menandai lahirnya bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
- Wakil Presiden Pertama Indonesia: Dalam periode 1945-1956, Mohammad Hatta menjabat sebagai Wakil Presiden pertama, berperandalam membentuk pemerintahan nasional yang stabil pasca-proklamasi.
- Menteri Luar Negeri dan Pertahanan: Sebagai Menteri Luar Negeri (1949-1950), ia mengadvokasi pengakuan internasional Indonesia dan sebagai Menteri Pertahanan (1948-1949), mengatur strategi pertahanan nasional dalam menghadapi agresi militer.
- Pembelaan Demokrasi: Keputusan Mohammad Hatta untuk mundur dari jabatan Wakil Presiden pada tahun 1957 merupakan respons terhadap peningkatan otoritarianisme oleh Presiden Soekarno, menunjukkan komitmen Hatta pada prinsip demokrasi.
Di Bidang Ekonomi:
- Pengembangan Gerakan Koperasi: Hatta memprakarsai dan mempromosikan gerakan koperasi di Indonesia sebagai model ekonomi yang memadukan kekuatan kolektif masyarakat dalam membangun ekonomi rakyat yang inklusif.
Di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan:
- Reformasi Pendidikan: Hatta menekankan pentingnya pendidikan untuk semua lapisan masyarakat. Ia mendorong pengembangan sistem pendidikan yang merata dan berkualitas, dengan fokus pada pembentukan karakter dan nasionalisme.
- Kesetaraan dalam Pendidikan: Hatta berjuang untuk akses pendidikan yang setara bagi semua, terutama bagi perempuan dan kelompok minoritas, untuk memastikan pemberdayaan melalui pendidikan.
- Pengaruh dalam Kebijakan Pendidikan: Dia berkontribusi dalam penyesuaian kurikulum dan metode pengajaran yang mencerminkan kebutuhan dan identitas nasional Indonesia.
- Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan: Hatta mendukung inisiatif untuk melestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia, serta mempromosikan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa yang beragam.
Kematian Mohammad Hatta
Mohammad Hatta, proklamator kemerdekaan Indonesia dan salah satu arsitek penting negara ini, meninggal dunia pada 14 Maret 1980 di Jakarta. Kepergiannya, pada usia 77 tahun, menandai berakhirnya era seorang pemimpin bersejarah yang telah memberikan sumbangsih tak terukur bagi bangsa Indonesia. Kepergian Hatta meninggalkan jejak duka yang mendalam di hati rakyat Indonesia, mengingat peran serta kontribusinya yang sangat besar dalam perjuangan dan pembangunan bangsa.
Meninggalnya Hatta merupakan akhir dari perjalanan hidup seorang tokoh nasional yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Sebagai sosok yang dikenal karena integritas, kecerdasan, dan dedikasinya yang tinggi, Hatta telah menjadi inspirasi bagi banyak generasi dalam membangun dan menjaga nilai-nilai kebangsaan.
Upacara pemakaman Hatta dilaksanakan dengan penuh penghormatan dan kehormatan negara. Pemakamannya dihadiri oleh berbagai tokoh pemerintahan, diplomat, dan ribuan warga yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Hatta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, sebuah lokasi yang dihuni oleh banyak pahlawan nasional lainnya, simbolisasi pengakuan negara atas jasa-jasa yang telah diberikan.
Pada saat pemakamannya, suasana hening dan penghormatan mendalam terasa di antara hadirin. Ucapan duka dan penghormatan mengalir dari berbagai kalangan, baik dari dalam maupun luar negeri, menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan kehormatan yang Hatta miliki. Media massa nasional dan internasional memberitakan wafatnya Hatta sebagai kehilangan besar bagi Indonesia dan dunia.
Peninggalan Mohammad Hatta
Warisan yang ditinggalkan oleh Mohammad Hatta bagi Indonesia tidak hanya monumental tetapi juga mendalam dan beragam. Peninggalannya terutama terlihat dalam tiga bidang utama: politik, ekonomi, dan pendidikan.
- Di Bidang Politik: Mohammad Hatta dikenang sebagai sosok yang menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan di Indonesia. Sebagai proklamator kemerdekaan dan pemimpin nasional, ia telah meletakkan dasar bagi Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan demokratis. Peninggalan politiknya juga terlihat dari sikapnya yang tegas dan prinsipil dalam menghadapi perbedaan pandangan politik, termasuk keputusannya untuk mundur dari jabatan Wakil Presiden demi menjaga prinsip demokrasi.
- Di Bidang Ekonomi: Mohammad Hatta dijuluki sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” karena perannya dalam mempromosikan dan mengembangkan gerakan koperasi di Indonesia. Peninggalannya di bidang ekonomi sangat terasa dalam usahanya menggalakkan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
- Di Bidang Pendidikan: Mohammad Hatta memiliki pandangan progresif tentang pendidikan, menekankan pentingnya akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Ia berperan dalam pengembangan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas di Indonesia, mempromosikan pendidikan sebagai alat pemberdayaan dan kemajuan bangsa.
Fakta – Fakta Tentang Mohammad Hatta
- Pertemuan dengan Nehru dan Gandhi: Hatta bertemu dengan Jawaharlal Nehru saat belajar di Eropa, yang kemudian memperkenalkannya kepada Mahatma Gandhi. Pertemuan ini memberikan Hatta wawasan tentang filosofi non-kekerasan Gandhi, yang mempengaruhi strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
- Pertemuan Terakhir dengan Soekarno: Salah satu momen penting dalam hubungan Mohammad Hatta dan Soekarno adalah pertemuan mereka sebelum Soekarno meninggal. Pertemuan ini mencerminkan hubungan pribadi yang mendalam dan kompleks antara dua tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, menunjukkan rasa hormat dan persahabatan yang tetap ada meskipun perbedaan politik di masa lalu.
- Pengaruh Sosialisme Eropa: Selama masa studinya di Belanda, Hatta terpengaruh oleh ide-ide sosialisme Eropa, khususnya dari pemikiran sosialis Belanda Henriette Roland Holst, yang memperkaya pemahamannya tentang perjuangan kelas dan keadilan sosial.
- Keterlibatan di Perhimpunan Indonesia: Di Belanda, Hatta bergabung dengan Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi pelajar Indonesia yang menjadi pusat pergerakan nasionalisme dan politik bagi mahasiswa Indonesia di Eropa.
- Pembelaan terhadap Pendidikan untuk Perempuan: Hatta adalah advokat kuat pendidikan bagi perempuan, meyakini bahwa pemberdayaan perempuan adalah kunci penting untuk kemajuan sosial dan ekonomi bangsa.
- Istri Mohammad Hatta – Rahmi Rachim: Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada 18 Januari 1946. Rahmi dikenal sebagai sosok yang mendukung dan setia, menjadi pilar kekuatan bagi Hatta di tengah tantangan politik dan sosial yang dihadapi Indonesia saat itu.
- Anak-anak Mohammad Hatta:
- Meutia Farida Hatta Swasono: Putri Hatta, Meutia, mengikuti jejak ayahnya dalam bidang akademis dan politik, menjadi seorang akademisi, aktivis, dan anggota parlemen.
- Gemala Rabi’ah Hatta: Gemala aktif dalam pelestarian budaya dan pendidikan, serta berbagai kegiatan sosial dan amal.
- Halida Nuriah Hatta: Halida, seperti kakaknya, terlibat dalam kegiatan sosial dan pendidikan, serta pelestarian budaya dan tradisi Indonesia.
- Pengalaman sebagai Editor: Hatta pernah menjadi editor untuk majalah “Indonesia Merdeka”, di mana ia menulis dan mengedit artikel-artikel tentang politik, ekonomi, dan masalah sosial.
- Pemikiran tentang Koperasi sebagai Alat Emansipasi: Hatta melihat gerakan koperasi tidak hanya sebagai model ekonomi, tetapi juga sebagai alat emansipasi rakyat dari ketidakadilan ekonomi dan sosial.
- Kontribusi dalam Konferensi Asia-Afrika: Hatta berperan aktif dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, memperkuat posisi Indonesia dalam gerakan non-blok dan diplomasi internasional.
- Keterlibatan dalam Gerakan Buruh: Hatta memiliki peran aktif dalam gerakan buruh dan serikat pekerja, menekankan pentingnya hak-hak pekerja dan keadilan sosial dalam pembangunan ekonomi.
- Pemikiran tentang Federasi Indonesia: Hatta adalah advokat dari ide federasi dalam struktur negara Indonesia, meyakini bahwa model ini dapat mengakomodasi keragaman etnis dan budaya Indonesia.
- Hubungan dengan Tokoh Internasional: Hatta menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh internasional penting lainnya, seperti Presiden Tito dari Yugoslavia, yang membantu memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
- Pandangan terhadap Hubungan Luar Negeri: Hatta memiliki pandangan yang unik tentang hubungan luar negeri, menekankan pentingnya kemerdekaan dalam diplomasi dan menolak dominasi oleh kekuatan besar.
Quotes
- “Saya akan rela masuk penjara, asalkan ada buku. Karena dengan buku, saya merasa bebas”.
- “Demokrasi hanya akan berhasil jika disertai dengan rasa tanggung jawab. Tidak ada demokrasi tanpa tanggung jawab”.
- “Pahlawan sejati berkorban, bukan untuk dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk mempertahankan idealismenya”.
- “Untuk mencapai cita-cita yang tinggi, manusia (pahlawan) memberikan nyawanya di tiang gantungan, mati di pengasingan, tetapi selalu menyimpan dalam hatinya luka wajah duka tanah air”.
- “Kita dapat mengukur keberadaan kita di hadapan Tuhan dengan sensitivitas kita terhadap penderitaan dan ketidakadilan”.